Ketika pertama kali Aku bertemu dengan dirimu, masih teringat senyumanmu yang tak asing bagiku. Dalam benakku Aku pernah melihatmu sebelumnya dan ini mungkin bukan merupakan pertemuan kita yang pertama.
Ku sapa Kau seperti halnya seorang teman yang lama tak berjumpa, dan di saat itu pun kita sudah merasa begitu akrab. Oh.. sungguh Aku tidak mengetahui perasaanmu saat itu.
Kita bertemu lagi akhirnya, sampai pada suatu ketika pertemuan yang satu ini membuat kau masuk ke dalam kehidupanku. Masih ku ingat saat itu, ketika Aku bergegas berangkat kuliah dengan berjalan kaki, di jalan tepatnya di depan apotik Pasar Baru Aku bertemu kembali dengan mu. Sepertinya nasib sudah mengatur semuanya. Kau yang melihatku sedang berjalan , seketika memanggil namaku dan menanyakan kemana tujuanku. Lalu menawarkan diri untuk mengantarku. Aku mempercayaimu seperti halnya seorang teman, seorang teman yang amat baik, untuk itulah Aku menerima kebaikanmu.
Pada saat itu Kau mengantarku sampai di kampus dan kembali menawarkan diri untuk menjemputku. Di pikiranku saat itu hanya satu, Kau adalah seorang teman baik yang tulus ingin menjemputku. Tanpa berpikir macam-macam, begitu lugunya Aku menerima penawaranmu, tepatnya kebaikanmu.
Sepulang kuliah ternyata benar, Kau datang menjemputku. Ku ingat saat itu sambil tersenym simpul kepadaku Kau duduk di atas motormu bersamaan dengan deretan-deretan motor-motor lain yang juga datang untuk menjemput.
Di hari kedua Kau meneleponku dan menanyakan jam berapa Aku akan pulang dari kampus. Untuk kedua kalinya Kau kembali menjemputku di kampus. Tampak wajah lelah terbersit di wajahmu, namun Kau tak memperdulikan itu. Seingatku saat itu Aku mengenakan rok dengan T-shirt dan Kau memujiku, dengan mengatakan kalau Aku cantik jika memakai rok. Namun sayang pujian hanyalah sebatas pujian, Aku tidak terlalu memusingkan itu, walaupun ada sedikit keanehan yang Aku rasakan pada dirimu saat itu.
Di perjalanan pulang kita banyak sekali bercerita, ada satu hal yang membuatku merasa tertarik pada pembicaraan tersebut, yaitu hiking. Akhinya Kau pun merencanakan untuk pergi ke sana. ‘Baduy’ sebuah tempat yang seakan-akan merupakan symbol bagi kita berdua.
Hari demi hari terus berjalan, Kau pun masih sering datang menjeputku, bahkan mau mengantarku membeli sepatu dan menunjukan tempat yang pada hari itu baru saja launching dan belum beroperasi, yang sekarang disebut Mall Metropolis. Entah mengapa Aku mau saja diajak pergi, dan Aku tak berpikir kalau hari itu Aku telah memberikan harapan kosong kepadamu.
Satu hal yang membuatku merasa tak nyaman, Kau selalu tersenyum kepadaku bagaikan seorang malaikat tanpa dosa atau seperti manusia yang paling baik sedunia yang tidak pernah mau melakukan satu kesalahan pun. Entah mengapa hal ini membuatku tak menyukai dirimu. Sampai akhirnya perasaan ingin menjauh ini bertambah besar dengan adanya ejekan-ejekan kecil yang dikatakan temanku kalau kau menyukaiku dan hendak mengejarku.
Mengapa Aku begitu bodoh saat itu, Aku selalu tak bisa menerima jika seseorang menyukaiku tanpa mengenal diriku lebih dekat, yang pada kenyataanya Aku memang menutup diri.
Aku pun masih ingat pengorbananmu tidak hanya berhenti sampai di situ saja. Sepulang dari Baduy hujan turun begitu lebat, apa yang Kau lakukan bisa dibilang bodoh, tapi itulah sebuah pengorbanan yang mengatasnamakan cinta. Kau memberikan jaket hujanmu yang berwarna kuning kepadaku, padahal Aku sudah memakai jaket tebal. Walaupun bukan jaket hujan namun mampu menghalangi air hujan untuk beberapa saat, apalagi untuk orang yang duduk di belakang si pengendara motor. Sementara Kau yang hanya menggunakan sepotong T-Shirt, akhirnya basah kuyub kehujanan dan dapat terlihat oleh ku tubuhmu yang bergetar karena kedinginan. Namun saat itu Aku sama sekali tidak melihat pengorbananmu sedikit pun. Seakan mata ini telah dibutakan oleh sesuatu, sama halnya dengan dirimu yang dibutakan oleh Cinta.
Hari itu sepulang dari Baduy, merupakan hari yang mungkin tak akan terlupakan bagi kita berdua. Hari dimana Kau menyatakan cintamu kepadaku dan Aku menolaknya. Saat itu memang saat dimana Aku tidak ingin memberikan harapan kosong lagi kepadamu dan Aku melarangmu untuk terus menjemputku di kampus. Kau berusaha tabah menerima jawaban dan pernyataan dariku yang seketika dan tanpa berpikir panjang. Mungkin Kau sudah mengetahui jawaban yang akan Aku berikan. Kekecewaan ini tak membuatmu menjauhiku, Kau tetap datang menemuiku sebagai seorang teman.
Ada begitu banyak kesalahpahaman di antara kita, sampai akhirnya Kau benar-benar pergi menjauh dariku. Dalam hatiku dan di dalam dasar perasaaanku Aku bisa menerimamu asalkan Kau mau bersabar menunggu dan berusaha sedikit mengerti keadaanku waktu itu.
Seakan memang karma yang berperan dalam kehidupan Kau dan Aku begitu lekat, sampai akhirnya Aku berbuat kesalahan pada dirimu dan membuatku selalu memikirkanmu. Setiap Aku merasa sedih, gelisah, gundah dan ada masalah Aku selalu ingat akan dirimu. Hal inilah yang membentuk kesan dirimu di dalam hidupku. Sampai akhirnya Aku menyadari Aku benar-benar sayang padamu dan tulus ingin membuatmu bahagia dan ini pertama kalinya Aku serius dengan perasaanku.
Maafkan Aku jika tak dapat membuatmu bahagia. Aku sayang kamu, namun Aku tak mau dipermainkan oleh karma. Aku tidak takut menghadapi karmaku, karena Aku yakin Aku dapat mengubahnya sesuai keinginanku.
Life is today. I’ll begin from now. I’ll the past behind coz what is done is done can’t be undone.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar