Jumat, 27 November 2009

Buddhis Menulis

Bodoh

Sekitar sebulan yang lalu aku mengangkat telepon dari orang aneh. Lalu tiba-tiba saja orang yang sok kenal dan sok akrab itu mengucapkan kata-kata kotor yang tak pantas aku kemukakan di tulisan ini. Spontan saja karena kaget aku langsung membalas ucapannya dengan kata yang kasar juga, sebutlah satu kata itu ‘Bodoh’. Tapi apa yang terjadi aku malah tampak begitu bodoh karena mengucapkan kata-kata bodoh itu kepada orang bodoh. Lalu siapa yang sebenarnya bodoh? Siapa lagi kalau bukan aku sendiri.

Ada cerita yang menceritakan tentang sebatang pohon cemara yang dicaci maki oleh bunga mawar, tapi si pohon cemara tetap diam dan bertahan selama musim dingin. Sedangkan si mawar, ia mati dan tak dapat bertahan. Inti ceritanya adalah orang yang berkata kasar atau mencaci maki bagaikan orang yang menegadah dan membuang ludahnya ke atas, maka Kata-kata dan caci makinya akan kembali ke dirinya sendiri.


Pelajaran: Jika tidak mau disebut bodoh, maka sabar dan tenanglah kalau sedang dicaci maki.


Tak Sekedar Teman

Vivi Sumanti adalah nama dari seorang teman yang saya jumpai ketika berkunjung ke Wihara Vimala Dharma, Bandung. Walaupun belum kenal lama, tetapi teman yang satu ini begitu ramah dan banyak membantu. Dia tak sungkan-sungkan menyediakan waktunya hanya untuk menemani saya dan teman saya berkeliling sekitar wihara dan menjelaskan sejarah serta fungsi setiap ruangannya. Bahkan teman baru yang penuh senyum ini tak merasa lelah menunggui kami pulang dari mall untuk membeli makan malam, padahal dia baru saja kembali dari acara pembacaan paritta untuk orang yang meninggal.

Karena dialah kami bisa menginap semalam di wihara yang penuh kenangan itu. Kebaikan hatinya banyak menginspirasi saya dan meninggalkan kenangan manis saat bersamanya. Terima kasih teman, semoga saja kita masih dapat bertemu kembali di kehidupan ini.


Pelajaran : Teman yang baik selalu dikenang di hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar